Menakar Pilkada Muna, Soal Dinasti dan Oligarkhi Dalam Pandangan Pakar Ilmu Politik Vs Akademisi

Berita758 Dilihat

Potretterkini.id, MUNA- Perhelatan Pilkada Muna makin menuai perbincangan ditengah publik, pasalnya dalam kompetisi tidak hanya menampilkan visi dan misi calon. Tetapi juga melakukan kampanye hitam (black campaign) untuk meyakinkan masyarakat sebagai pemilih.

Salah satunya adalah isu dinasti dan  oligarkhi yang di dihembuskan oleh tim salah satu pasangan calon (Paslon) baik saat kampanye maupun di media sosial. Hal ini kemudian menjadi pertentangan dan perdebatan di tengah-tengah publik, dikhawatirkan akan memperkuat gesekan di tengah-tengah masyarakat. Jika hal itu terjadi maka akan menyebabkan pelaksanaan Pilkada Muna yang bakal digelar menjadi tidak kondusif.

Inilah yang menyebabkan rasa prihatin  Pakar Politik dan akademisi sehingga angkat bicara. Menurut salah satu Pakar Politik Ilmu Komunikasi Sulawesi Tenggara, Najib Husen mengatakan, bahwa isu oligarkhi sering kali dihembuskan oleh kelompok tertentu dalam sebuah kontestasi Pilkada.

Sasarannya adalah para pemilih tradisional, yang gampang sekali dipengaruhi oleh isu yang sudah framing di berbagai media utamanya di Muna. Dosen Universitas halu oleo ini, menerangkan bahwa harusnya kita adil dalam menyampaikan sesuatu, terkadang kita hanya menyoroti oligarkhi pada aspek politik.

“Kadang-kadang kita menanggapi suatu hal tidak adil. Menghembuskan isu oligarkhi hanya pada sisi politik tapi pada aspek-aspek yang lain tidak. Seorang pengusaha kemudian mewarisi ilmu kewirausahaan kepada anaknya itu tidak menjadi sorotan. Namun pada sisi politik mewarisi ilmu politik kepada anaknya ini menjadi sorotan, seolah-olah itu adalah dinasti” ungkap Najib Husen diwawancara Jurnalis Potretterkini.id, Rabu (21/10/2020).

Lanjut Najib, menyampaikan, bahwa dalam memilih pemimpin itu tidak melihat dari sisi keturunannya tapi dari potensi yang dimiliki oleh seseorang. Jadi seorang ayah mengkader dan membentuk karakter anaknya sebagai seorang pemimpin itu sah-sah saja.

“Apakah salah seorang ayah mengkader anaknya menjadi seorang politisi. Selama itu punya kapabilitas , punya potensi yang handal dan mendapat dukungan dari masyarakat saya kira itu sah-sah saja. Jadi langkah yang dilakukan oleh Ridwan Bae dan dr Baharuddin dalam mempersiapkan generasi pemimpin Muna kedepan saya pikir itu hal baik, ujung-ujungnya juga kan dipilih oleh rakyat. Bisa tidaknya mereka menjadi pemimpin kedepan tergantung pilihan rakyat” tegasnya.

Lebih lanjut Ketua Jurusan Ilmu komunikasi FISIP UHO ini, menerangkan bahwa isu oligarkhi dan dinasti seringkali digunakan oleh Pasangan calon (paslon) dalam meraih simpati rakyat. Meskipun sambungnya, ini tidak masuk ranah pencemaran nama baik, tapi ini sering dijadikan propaganda untuk meraih simpati dan dukungan.

“Saya tau kondisi Muna mereka berasal dari satu mata rantai keluarga, jadi tidak layak menghembuskan Isu seperti itu,” jelasnya.

Hal senada dengan pandangan seorang Akademisi UHO Dr Bahtiar,  mengatakan, pandangan terkait dengan isu oligarkhi dan dinasti. Menurut dia, bahwa politik dinasti dan oligarkhi tidak dikenal dalam sistim demokrasi Indonesia.

Memang ada beberapa Negara didunia menganut sistim dinasti dan oligarkhi tetapi itu melalui sebuah kesepakatan.

Tapi kalau di Indonesia ini katanya, menganut system demokrasi yang prinsip kedaulatan berada ditangan rakyat. Jadi pemimpin itu wujud karena kehendak rakyat bukan karena dinasti atau oligarkhi.

Terkait oligarkhi atau dinasti yang dihembuskan di Pilkada Muna, mantan Dekan FISIP Universitas Halu Oleo ini menganggap itu adalah opini sesat. Sebab semua kandidat pasangan calon (paslon) baik nomor satu ataupun nomor dua itu masih bertalian darah.

Baginya isu ini sengaja dihembuskan untuk meraih simpati dan meningkatkan elektabilitas dimasyarakat. “Baik Rusman maupun Rajiun mereka sama-sama dekat hubungan kekeluargaan dengan Ridwan Bae.

Begitupula dr Baharuddin kan selain Ipar, masih dekat juga hubungan kekeluargaan, karena pada dasarnya mereka berasal dari satu ikatan keluarga yang sama. Apakah salah kalau antara Ridwan ataupun dokter menentukan pilihan pada salah satu pasangan calon ini, saya kira tidak” ungkapnya.

Lebih lanjut Bahtiar menyampaikan bahwa daripada kita sebar isu liar di masyarakat yang kemudian menyebabkan kegaduhan, lebih baik adu gagasan di masyarakat. Para kontestan Paslon harusnya menyampaikan program di masyarakat bagaimana supaya pembangunan muna dapat berjalan baik.

Lebih lanjut beliau sampaikan bahwa keberhasilan anak-anak Ridwan Bae dalam kancah politik bukan karena dinasti atau oligarkhi. “Jangan sampai kita menganggap bahwa keberhasilan anak-anak Ridwan Bae dalam menduduki kursi legislatif itu karena dinasti.

“Kita keliru kalau berpikir begitu. Keberhasilan anak-anak Ridwan karena kepercayaan masyarakat Muna bahkan sultra terhadap figur Ridwan Bae selama ini. Atas andil yang dilakukan oleh Ridwan Bae selama menjadi anggota DPR-RI terhadap masyarakat, maka kepercayaan itu juga turun sama anak-anaknya.

“Kita ketahui bersama bahwa anggota legislatif itu kan dipilih oleh rakyat. Apakah salah kalau rakyat memilih anak-anaknya karena figur atau ketokohan ayahnya, saya kira itu tidak bisa disalahkan. Kita mestinya bersyukur adanya sosok Ridwan Bae yang mewarnai di Parlement dalam memperjuangkan aspirasi Rakyat Sulawesi Tenggara,” pungkasnya. (Far/Meid)

Komentar