Santri Pesantren Darul Mukhlisin Belajar di Tengah Keterbatasan Fasilitas dan Akses Jalan yang Memperhatinkan

Berita618 Dilihat

Potretterkini.id, MUNA BARAT– Pondok Pesantren Darul Mukhlisin As-Sany yang terletak di Desa Kasakamu, Kecamatan Kusambi, Kabupaten Muna Barat, terus berusaha memberikan pendidikan terbaik meski tengah menghadapi berbagai kendala besar.

Salah satu tantangan utama yang dihadapi pesantren ini adalah keterbatasan fasilitas belajar dan buruknya akses jalan menuju pesantren.

Berdasarkan pantauan wartawan, jalan menuju pesantren yang masih berupa tanah berlumpur menjadi salah satu masalah signifikan, terutama pada musim hujan.

Tanah yang licin menyebabkan kendaraan kesulitan melintas, bahkan sering kali terjebak. Kondisi ini membuat akses ke pesantren menjadi terhambat, yang memengaruhi mobilitas santri dan pengelola pesantren.

Tidak hanya itu, satu-satunya jembatan kayu yang menghubungkan pesantren dengan desa dalam kondisi sangat memprihatinkan. Beberapa papan jembatan sudah patah, sehingga menjadi tidak aman untuk dilalui.

Keadaan ini menambah kesulitan bagi para santri, yang harus melewati jembatan tersebut dalam aktivitas sehari-hari mereka.

Muhammad Jamaluddin, pembina dan pendiri pesantren, mengungkapkan meskipun fasilitas terbatas, pihaknya tetap berupaya semaksimal mungkin dengan apa yang ada.

Namun, akses jalan dan jembatan yang rusak menjadi hambatan besar yang mempengaruhi kelancaran kegiatan di pesantren.

“Kami terus berupaya semaksimal mungkin dengan kondisi yang ada, tetapi akses jalan dan jembatan yang rusak benar-benar menghambat kami. Kami berharap ada perhatian serius dari pihak terkait agar masalah ini segera diatasi,” ujar Jamaluddin.

Dari sisi fasilitas, pesantren yang baru berdiri sekitar satu setengah tahun ini masih sangat kekurangan. Saat ini, pesantren hanya memiliki tiga ruang asrama untuk menampung total 66 santri.

Tanpa ruang kelas yang memadai, masjid digunakan sebagai ruang utama untuk kegiatan belajar-mengajar, yang disekat untuk menciptakan ruang kelas. Kamar santri juga terpaksa digunakan sebagai ruang belajar tambahan.

“Fasilitas kami sangat terbatas. Selain asrama, kami sangat membutuhkan ruang kelas baru, peralatan belajar, dan tempat tidur tambahan. Namun, kami terus memanfaatkan apa yang ada dan yang terpenting adalah kegiatan belajar tetap berjalan,” tambahnya.

Meski keterbatasan fasilitas dan akses yang menghambat, semangat para santri tetap tinggi. Salah satu bukti keberhasilan pesantren ini adalah pelaksanaan Wisuda Sugro, di mana para santri baru berhasil menghafal satu juz Al-Qur’an dalam waktu satu semester.

Jamaluddin berharap agar pemerintah daerah dan masyarakat memberikan perhatian lebih terhadap perbaikan infrastruktur di pesantren.

“Kami sangat berharap akses jalan dan jembatan segera diperbaiki agar kegiatan belajar-mengajar dan mobilitas santri lebih lancar.
Dengan fasilitas yang memadai, kami yakin pesantren ini bisa memberikan pendidikan yang lebih baik dan mencetak generasi muda yang berprestasi di Muna Barat,” pungkasnya.

Kontributor : LM. Aslam

Komentar