Rektor Canankan Program “Double Degree” Mahasiswa Peroleh Dua Gelar Alumni Unsultra dan Universitas Luar Negeri

Potretterkini.id, KENDARI- Rektor Universitas Sulawesi Tenggara (Unsultra), Prof Dr Ir H Andi Bahrun M.Sc Agri, menyoroti tantangan yang dihadapi Perguruan Tinggi Swasta (PTS) dalam penerimaan mahasiswa baru. Menurutnya, hingga saat ini PTS masih sering dianggap sebagai pilihan kedua oleh masyarakat setelah Perguruan Tinggi Negeri (PTN).

Namun, ia menegaskan bahwa PTS tidak boleh lagi merasa seperti itu karena standar penilaian kinerja yang diterapkan oleh tim akreditasi perguruan tinggi sudah memperlakukan PTN dan PTS secara setara.

Dalam menghadapi tantangan ini, Unsultra mengambil langkah strategis dengan membuka penerimaan mahasiswa baru lebih awal dibandingkan PTN, yakni sejak Februari.

“Kami tidak menunggu proses penerimaan di PTN selesai, tetapi lebih dahulu membuka pendaftaran. Ini adalah bagian dari strategi kami agar tidak tertinggal,” ujar Andi Bahrun, Selasa (11/03/2025).

Ia juga menekankan bahwa kualitas pendidikan di PTS, termasuk Unsultra, terus mengalami perbaikan. Kurikulum yang diterapkan saat ini dirancang agar lulusan tidak hanya siap kerja, tetapi juga mampu menciptakan lapangan kerja sendiri.

Bahkan, beberapa mahasiswa Unsultra sudah bekerja sebelum menyelesaikan studi mereka. Untuk menjamin kualitas lulusan, Unsultra mengundang para mitra industri ke dalam kurikulum akademik serta memperbanyak program magang di tingkat regional, nasional, maupun internasional. Salah satu contoh nyata adalah program magang mahasiswa Unsultra ke Jepang.

“Meskipun belum semua mahasiswa lolos seleksi, program ini memberi banyak keuntungan. Mereka mendapat rekognisi 20 SKS dalam satu semester, pengalaman berharga, penghasilan tambahan, dan peluang bekerja di sana jika menunjukkan kinerja yang baik,” ungkap Andi Bahrun.

Sebagai Ketua APTISI Sulawesi Tenggara, Andi Bahrun menambahkan bahwa Unsultra juga memiliki strategi baru dalam menarik minat mahasiswa dengan menawarkan program double degree. Program ini memungkinkan mahasiswa memperoleh dua gelar sekaligus, satu dari Unsultra dan satu dari universitas luar negeri.

“Misalnya, mahasiswa Fakultas Teknik Unsultra bisa kuliah di China dengan biaya SPP Unsultra. Mereka akan belajar bahasa Mandarin di sini selama dua tahun, lalu melanjutkan studi di China selama satu tahun dengan biaya akademik gratis, hanya menanggung biaya makan sendiri.

Setelah itu, mahasiswa akan magang selama enam bulan dan kembali ke Unsultra untuk menyelesaikan studi di tahun keempat,” jelasnya. Selain itu, Unsultra juga membekali mahasiswa dengan kemampuan literasi digital dan kecakapan dalam menggunakan Artificial Intelligence (AI) dalam proses akademik.

Upaya lain yang dilakukan adalah mengajukan pembukaan program studi baru yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat, seperti Pendidikan Olahraga di FKIP dan Pariwisata di Fakultas Ekonomi.

Sebagai bentuk apresiasi kepada tenaga pengajar, Unsultra memberikan insentif tambahan bagi dosen yang menerapkan pembelajaran berbasis digital.

Tak hanya itu, Unsultra juga menyediakan berbagai beasiswa, termasuk KIP dan beasiswa dari Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit yang diperuntukkan bagi anak-anak pekerja di sektor perkebunan kelapa sawit.

Dengan berbagai strategi ini, Andi Bahrun optimistis bahwa Unsultra dan PTS lainnya akan semakin kompetitif dan menjadi pilihan utama bagi calon mahasiswa di Indonesia.

Andi Bahrun juga menegaskan bahwa Unsultra terus berupaya menjawab tantangan zaman dengan mengikuti perkembangan teknologi dan tren global dalam dunia pendidikan. Salah satunya adalah dengan membekali mahasiswa dengan keterampilan yang relevan dengan kebutuhan industri dan dunia kerja.

“Kami ingin memastikan bahwa lulusan Unsultra tidak hanya memiliki pengetahuan teori, tetapi juga keterampilan praktis yang bisa langsung diterapkan di dunia profesional,” tambahnya.

Selain itu, Unsultra juga terus menjalin kemitraan dengan berbagai universitas dan lembaga internasional untuk memperluas peluang bagi mahasiswa dan meningkatkan reputasi perguruan tinggi tersebut di tingkat global.

“Kami sadar bahwa di era globalisasi ini, penting bagi perguruan tinggi untuk memiliki jaringan internasional yang luas. Dengan begitu, mahasiswa kami akan lebih mudah mengakses peluang studi dan kerja di luar negeri,” kata Andi Bahrun.

Terkait dengan perkembangan di dunia digital, Unsultra juga sedang mengembangkan fasilitas dan infrastruktur yang mendukung pembelajaran daring (online). Hal ini bertujuan untuk memberikan akses yang lebih luas kepada calon mahasiswa dari berbagai daerah di Indonesia, khususnya yang memiliki keterbatasan geografis atau ekonomi.

Dengan pembelajaran daring, diharapkan lebih banyak siswa yang bisa mengakses pendidikan berkualitas di Unsultra tanpa harus terbatas oleh lokasi.

Seiring dengan semakin berkembangnya teknologi, Andi Bahrun juga mengungkapkan bahwa Unsultra aktif mengintegrasikan kecerdasan buatan (AI) dan teknologi terkini dalam proses pembelajaran.

Penggunaan AI dalam kurikulum bertujuan untuk membantu mahasiswa memahami dan memanfaatkan teknologi yang kini menjadi bagian penting dari hampir semua sektor pekerjaan.

“Kami juga mengajak mahasiswa untuk terlibat langsung dalam penelitian dan pengembangan teknologi, dengan harapan mereka bisa berkontribusi dalam inovasi yang akan datang,” ujarnya.

Dengan segala strategi dan inovasi yang diterapkan, Andi Bahrun optimis bahwa Unsultra akan semakin kuat dan mampu bersaing dengan PTN lainnya.

Presidium Organisasi Alumni Perguruan Tinggi Negeri Indonesia (Himpuni) ini berharap bahwa langkah-langkah ini akan membawa perubahan positif dalam dunia pendidikan tinggi di Indonesia, sehingga PTS seperti Unsultra dapat memperoleh pengakuan yang setara dengan PTN.

“Kami ingin agar masyarakat melihat Unsultra sebagai pilihan utama, bukan lagi pilihan kedua. Kami ingin membuktikan bahwa kualitas pendidikan di PTS bisa sejajar dengan PTN, bahkan lebih baik dalam beberapa aspek,” tutupnya. (Med)

Komentar