PUASA RAMADHAN 10 MALAM TERAKHIR DAN MENELADANI RASULULLAH SAW

Artikel657 Dilihat

Potretterkini.id-Aisyah RA, istri Rasulullah SAW, menceritakan:”Apabila sepuluh hari terakhir Ramadhan tiba, Rasulullah SAW mengencangkan ikat pinggangnya, dan beliau lebih banyak beribadah pada malam-malam tersebut, lebih dari yang beliau lakukan di malam-malam lainnya.”(HR. Bukhari).

Hadis ini menunjukkan bagaimana Rasulullah SAW sangat serius dalam beribadah pada sepuluh malam terakhir Ramadhan. Beliau mengencangkan ikat pinggangnya sebagai simbol kesungguhan dalam meningkatkan ibadah, baik itu dengan sholat malam (qiyamullail), dzikir, dan doa. Beliau memperbanyak ibadah pada waktu ini, mengingat betapa mulianya sepuluh malam terakhir.

Puasa Ramadhan adalah ibadah yang sangat istimewa, di mana umat Muslim di seluruh dunia menahan diri dari makan, minum, dan segala bentuk perbuatan yang membatalkan puasa, mulai dari terbit fajar hingga terbenam matahari.

Di balik ibadah yang terlihat sederhana ini, terkandung makna yang dalam tentang pengendalian diri, kedekatan dengan Allah, dan kesabaran. Namun, di antara seluruh bulan Ramadhan, terdapat sepuluh malam terakhir yang sangat istimewa dan penuh berkah.
10 Malam Terakhir Ramadhan: Malam yang Penuh Keberkahan

Di dalam hadis-hadis Rasulullah SAW, kita diajarkan untuk memperbanyak amal ibadah pada sepuluh malam terakhir Ramadhan, karena di sinilah terdapat Lailatul Qadar, malam yang lebih baik dari seribu bulan. Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW bersabda: “Carilah Lailatul Qadar pada sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan” (HR. Bukhari dan Muslim).

Malam Lailatul Qadar merupakan malam yang penuh dengan rahmat dan ampunan Allah, di mana setiap doa yang dipanjatkan diyakini akan dikabulkan, serta menjadi momen yang sangat ditunggu-tunggu oleh umat Islam.
Rasulullah SAW sendiri sangat memperhatikan sepuluh malam terakhir ini.

Dalam riwayat yang shahih, dijelaskan bahwa pada sepuluh malam terakhir, beliau memperbanyak ibadah dengan cara yang lebih intens, seperti sholat malam (qiyamullail) dan itikaf di masjid. Beliau meninggalkan kehidupan duniawi, lebih fokus pada ibadah, dan memperbanyak doa serta dzikir.

Meneladani Rasulullah SAW dalam 10 Malam Terakhir Ramadhan

Meneladani Rasulullah SAW dalam menghadapi sepuluh malam terakhir Ramadhan adalah langkah yang sangat penting bagi umat Islam. Ini bukan hanya sekadar memperbanyak ibadah secara lahiriah, tetapi juga menumbuhkan kesadaran spiritual yang lebih dalam.

Rasulullah mengajarkan kita untuk mencari kedekatan dengan Allah, bukan sekadar mengejar keuntungan duniawi atau material. Beliau menunjukkan bahwa pada sepuluh malam terakhir, kita harus berusaha untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan penuh keikhlasan, mengharap ampunan dan rahmat-Nya.

Rasulullah menekankan pentingnya itikaf, yaitu berdiam diri di masjid untuk beribadah. Itikaf mengajarkan kita untuk menjauhkan diri dari kesibukan dunia, sehingga hati kita bisa lebih fokus pada Allah.

Ini adalah cara yang sangat baik untuk menumbuhkan keikhlasan dalam beribadah, sekaligus mencari ketenangan dalam menjalani kehidupan yang penuh dengan tantangan dan godaan dunia.
Puasa sebagai Sarana Pembelajaran dan Peningkatan Diri

Sepuluh malam terakhir Ramadhan adalah waktu yang tepat untuk melakukan introspeksi diri dan perbaikan spiritual. Dalam bulan penuh berkah ini, kita diajarkan bahwa puasa bukan hanya menahan lapar dan dahaga, tetapi juga menahan diri dari perbuatan buruk, menjaga lisan, serta memperbaiki hubungan dengan sesama.

Jika sepuluh malam terakhir diisi dengan peningkatan ibadah, maka kita diharapkan bisa menjadi pribadi yang lebih baik, lebih sabar, dan lebih peduli terhadap orang lain.

Sepuluh malam terakhir Ramadhan merupakan kesempatan emas bagi setiap Muslim untuk memperbanyak ibadah dan meraih keberkahan Lailatul Qadar. Dengan meneladani Rasulullah SAW dalam mengisi sepuluh malam terakhir ini, kita belajar untuk lebih fokus dalam beribadah, memperbaiki diri, dan mendekatkan hati kepada Allah.

Seperti yang Rasulullah ajarkan, setiap detik dalam Ramadhan adalah waktu yang berharga untuk memperbaiki kualitas spiritual kita, dan sepuluh malam terakhir adalah puncaknya. (Episode 15)

Ustadz:Dr. Anidi, S.Ag., M.Si., M.S.I., M.H
Dekan FKIP Unsultra/Ketua DKM Al-Fattah Unsultra

Komentar