Potretterkini.id, KENDARI- Tekad Ketua Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Sulawesi Tenggara Dr Abdul Halim Momo, S.Pd., M.Si untuk memberikan perlindungan serta memperjuangkan aspirasi guru di Wilayah Sultra semakin digenjot.
Masalah yang paling membuat khawatir Dosen UHO ini adalah terkait dengan nasib guru-guru PNS non sertivikasi yang lama pengabdian selama puluhan tahun atau setingkat Golongan IV. Ada beberapa guru yang mengeluhkan tentang tunjangan mereka yang tidak pernah naik sementara beban tugas mereka banyak, menyamai beban guru yang sertivikasi.
“Kami membenarkan atas keluhan dari beberapa guru, mereka ini keterwakilan karena mereka membentuk kelompok. Berdasarkan data Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) di Dinas Pendidikn Provinsi Sultra, Jumlah mereka kurang lebih 570 orang, tapi menurut teman-teman mereka ini masih ada kurang lebih 100 orang. Jadi kalau mau ditotal mereka kurang lebih 720 orang dari 6.200 orang ribuan lebih guru PNS di Sultra gawean SMA/SMK dan SLB ” ungkapnya, Rabu (30/9/2020).
Sosok yang akrab disapa bang Halim ini mengungkapkan, bahwa melalui wadah PGRI Sultra akan tetap mengupayakan nasib guru sebagai tokoh sentral dalam mencerdaskan anak bangsa. Beliau (Halim Red) akan tetap akan melakukan konsultasi dengan pemangku kepentingan agar yang menjadi keluhan dan aspirasi guru dapat tersampaikan dengan baik.
“Saya tetap mengupayakan untuk menemui pihak pemangku kebijakan misalnya DPRD komisi IV agar dibuatkan sebuah regulasi, agar mereka ini bisa diberikan tunjangan untuk tambahan penghasilan. Jangan sampai penghasilan mereka sedikit sementara beban kerja yang sangat banyak, kemudian mereka tidak semangat untuk bekerja. Jika hal itu terjadi maka akan berdampak pada kualitas pendidikan di Sulawesi Tenggara” terangnya.
Dalam memperjuangkan keluhan guru ketua PGRI Sulawesi Tenggara tetap akan melakukan langkah-langkah persuasif.
Tentunya katanya, dalam memperjuangkan hal ini tetap akan melakukan langkah komunikasi yang positif dan persuasif.
“Saya akan ketemu Gubernur, DPRD dan bicara dari hati kehati. Pada saat ini sudah tidak relevan lagi untuk melakukan upaya-upaya frontal, demontrasi dan sebaginya” jelasnya.(Meid/Far)
Komentar