Pengamat LM Bariun:Diminta Mendiktisaintek Dikaji Ulang Hasil Pemilihan Rektor UHO: Disinyalir Ada Intervensi

Berita Utama7664 Dilihat

Potretterkini.id, KENDARI– Pengamat Dr. LM Bariun SH MH, mengungkapkan adanya dugaan keberpihakan atau intervensi dalam proses seleksi calon Rektor Universitas Halu Oleo (UHO), khususnya pada tahap pemilihan tiga besar yang akan dikirim ke Kemendiktisaintek (Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi).

Dalam proses pemungutan suara yang digelar pada Kamis, 8 Mei 2025, dari total 49 anggota senat, hasilnya sebagai berikut:

Prof. Armid: 32 suara

Prof. Ruslin: 11 suara

Prof. Takdir: 4 suara

Prof. Edy: 1 suara

Prof. Yusuf Sabilu: 1 suara

Dr. Zein: 0 suara.

Menurut Bariun, perolehan suara yang timpang menunjukkan adanya dinamika demokrasi yang tidak berjalan dengan sehat dan tidak  berimbang.

“Angka 32 suara untuk satu calon itu sangat mencolok. Seharusnya dalam proses pemilihan rektor, semua calon mendapatkan kesempatan yang sama dan adil. Namun kenyataannya, ada kesan keberpihakan dari Rektor UHO terhadap salah satu calon,” ujar Bariun kepada media ini, Jumat, (9/5/2025)

Ia menambahkan, bahwa seharusnya seorang rektor bersikap arif dan netral, mengingat seluruh calon adalah kader terbaik kampus. Namun, proses yang berjalan justru menunjukkan ketimpangan yang menciptakan iklim kampus yang tidak kondusif.

Bariun juga mengungkapkan bahwa beberapa hari sebelum pemilihan, pihak Inspektorat sempat turun ke kampus UHO untuk mencermati jalannya proses seleksi. Dari hasil temuan Inspektorat, disebutkan bahwa tahapan pelaksanaan pemilihan terlalu singkat, sehingga menyulitkan para calon untuk melakukan sosialisasi secara maksimal kepada senat maupun sivitas akademika kampus.

Dengan waktu yang terlalu singkat, sosialisasi tidak berjalan optimal. Maka, tidak heran jika yang mendapatkan dukungan kuat hanyalah calon yang dekat atau didukung oleh pihak-pihak tertentu,” lanjutnya.

“Situasi ini tidak mencerminkan proses demokrasi yang sehat. Kami mendesak pihak Mendiktisaintek untuk meninjau kembali proses ini, apakah benar-benar berjalan demokratis atau justru sarat dengan intervensi,” tegas Bariun.

Bariun menekankan bahwa ketidaknetralan pimpinan kampus justru akan mencoreng prinsip-prinsip demokrasi dan meritokrasi di lingkungan akademik.

Sebagai Alumni Fakultas Hukum UHO Bariun, menilai bahwa seluruh tahapan seleksi, termasuk penyaringan hingga tahap tiga besar, seharusnya dilakukan secara transparan dan objektif, tanpa adanya tekanan atau arahan yang memihak dari pihak manapun, termasuk rektor.

“Jika rektor memberikan ruang kompetisi yang sehat dan adil, saya yakin suara senat akan terbagi lebih seimbang. Tapi yang terjadi justru sebaliknya, satu calon mendominasi secara mencolok. Ini patut dipertanyakan,” ujarnya.

Bariun pun menutup pernyataannya dengan kembali mengingatkan bahwa kampus adalah pusat intelektualitas yang seharusnya menjadi teladan dalam menjunjung nilai-nilai demokrasi.

Ia berharap Mendiktisaintek secara objektif mengevaluasi rekam jejak dan tahapan seleksi seluruh calon rektor sebelum menetapkan nama-nama yang akan melaju ke tahap akhir pemilihan.

Bariun juga meminta Mendiktisaintek benar-benar memeriksa proses ini secara menyeluruh. Jika ditemukan adanya pelanggaran prinsip demokrasi atau keberpihakan, hasil pemilihan ini perlu dikaji ulang demi menjaga integritas institusi pendidikan tinggi,” pungkas Bariun. (Redaksi)

Komentar