LM Bariun: Pemimpin Sultra Harus Memahami Jati Diri Masyarakat dan 4 Pilar Daerah 

Berita Utama4586 Dilihat

Potretterkini.id, KENDARI– Pengamat Politik yang Juga Direktur Pascasarjana Universitas Sulawesi Tenggara (Unsultra) Dr LM Bariun SH MH, berpendapat bahwa fenomena pemilihan kepala daerah (Pilkada) serentak Tahun 2024 secara nasional dan khususnya Sulawesi Tenggara lebih menggambarkan posisi partai hanya sebagai kendaraan politik yang menyediakan tiket, siapa pun yang maju sebagai calon dengan basis popularitas dan elektabilitas.

“Kalau kita melihat dari 4 pasangan calon (Paslon) Bakal Calon (Bacalon) Gubernur Sulawesi Tenggara, Tina- Iksan, Lukman- Ida, Andi Sumangerukka-Hugua dan Ruksamin- Sjafey, mereka ini, didukung partai peraup suara besar dan mayoritas memperoleh kursi banyak di DPR, dan ada yang tidak dan ada yang separuh bahkan menggunakan partai nonsheat dapat dipastikan kedepan ini, parpol hanya menjadi kendaran untuk maju di Pilkada bukan jaminan kader akan solid untuk mendukung Paslon yang didukung dari partainya,” ujar Bariun, Rabu (10/9/2024).

Dikatakannya, Seharusnya dalam demokrasi sistem kepartaian, kontestan politik melalui calon kepala daerah yang diusung peluang besarnya untuk memenangkan pertarungan Pilkada namun momentum pilkada kali ini gambaranya tidak seperti itu.

“Kalau saya melihatnya parpol ini dengan semrautnya gonta ganti calon usunganya sehingga dibawa juga akan rapuh. Kita contoh saja misalnya Kota Kendari, partai Golkar melalui DPD nya mengakomodir kader lain mengusung Siska Karina Imran bukan Aksan Jaya Putra (AJP) yang merupakan kader Partai, Namun ditengah perjalanan adanya peralihan kemimpinan Golkar dari Airlangga Hartato kepada Bahlil diusung menarik dukungan kepada AJP.

Artinya DPP mempunyai kebijakan lain yang pada akhirnya kedepan ini, apakah kadernya ditingkat bawah hingga akar rumput akan solid memberi dukungan, bisa dipastikan tidak, masyarakat akan melihat figurnya, bukan lagi lihat partainya.

Pemimpin Harus Kenal Jati Diri

Pemimpin itu harus mengenal jati diri masyarakat dan pilar daerah Sulawesi Tenggara empat pilar tersebut Kendari, Kolaka-Mekongga, Muna, dan Buton arti bahwa seorang pemimpin itu adalah simbol tahu persis tentang kultur, budaya dan sosial kemasyarakatan daerahnya dan empat Pilar daerah Sulawesi Tenggara dimana saja dia berada wilayah kepemimpinanya untuk Gubernur, bupati dan wali kota  itu dulu yang dapat difahami.

Karena kalau kita berbicara visi dan misi, adu gagasan itu sifatnya umum bisa, visi misi itu kan rata-rata pikiran dari seorang tim ahli atau konsultan politik calon. Pertanyaanya, kalau mereka yang buat bisa tidak diaplikasikan dan diimplementasikan.

Empat paslon bacalon Gubernur memiliki rekam jejak masing-masing, Tina Ibu Tina Anggota DPRI dan Istri Mantan Gubernur Sultra, Nur Alam. Lukman Avunawas ditahu mantan Wakil Gubernur Mantan Sekda dan Bupati. Ruksamin Bupati Konut, Andi Sumangerukka mantan Pangdam,

“Dari rekam jejak tersebut masyarakat harus tahu mana yang pas dipilih yang betul-betul memahami apa yang dibutuhkan masyarakat dan dibutuhkan daerah dan bagaimana berkompetisi dieraglobal sekarang ini.

“Kalau itu tidak dipahami hanya sekedar maju gubernur saya pikir masyarakat juga akan memberi penilaian. Maka besar kemungkinan black campaign antara kontestasi diantara pendukung akan terjadi.

Selain itu, disisi lain dalam politik, hal penting yang harus kita cermati adalah kekuatan vitamin finansial yang akan diluncurkan nantinya untuk menarik simpatik masyarakat dan juga membutuhkan pula tim tengah (Timteng) mereka itu. Calon bukan lagi bicara gagasan kualitas revolusioner, kalau gerbong tidak diyakini oleh masyarakat, maka tidak akan meraih peluang. Karena kalau salah meletakan timses disitu akan kekalahan.

“Saya berpesan kepada semua bakal calon, selektif mencari timses jangan sampe timnya yang sukses dan fenomena ini banyak terjadi karena konsistensi dan loyalitas diharapkan calon untuk berjuang tanpa pamrih sdh tidak ada sekarang. Sangat sedikut sekali berjuang tanpa pamrih bahwa dia fanatisme menjadi figur idola saya untuk saya pernuangkan untuk menang.

Perpolitik kita ini sudah sangat rapuh begitu  kecewa orangnya, sudah berpaling muka pada calon lain. Nah kembali pada riak-riak pada survey masing-masing calon saling klaim, tinggi survey, itu belum tentu menentukan kemenangan Pilkada. survey independen lebih pas dan Fair untuk melihat kekuatan basis massa calon Kepala daerah karena sifatnya  benar-benar tidak memihak untuk melihat bakal calon.

Calon ada Potensi Urung Rembuk

Eks Ketua Harian Golkar Sultra ini menyampaikan urung rembuk dalam pencalonan sah-sah saja dan bisa saja terjadi dilakukan calon kepala daerah jika calon itu, melihat peluang tidak signifikan suaranya, merapatkan barisan pada calon yang menang, disisi lain calon tersebut, menimalisir pengeluaran finansial.

Karena jiwa kompromi dan berjiwa besar untuk kepentingan daerah saya pikir itu sangat elegan dan akan menjadi contoh tauladan bagi daerah lain dalam sistem demokrasi.

“Kalau berdasarkan pengalaman saya di Golkar dalam pileg dan pemilukada kita kenal dengan Perkiraan Keadaan (Pirka) kita sudah bisa meraba-raba kemenangan., kita jalankan semua mesin partai partai, setelah itu dihimpun dianalisis dikaji,  bahwa itu sudah bisa digambarkan bahwa ada kuning merah hijau disitu kita sudah bisa meraih hasil menang dan kalah.

“Karena waktu saya menjadi ketua kemenangan pemilu tahun 2004 masih saya lakukan metode tersebut saya tidak tahu kalau sekarang apakah masih berjalan atau tidak,”. (Med)

Komentar