Implementasi Scaffolding Pendekatan Problem Based Learning Tingkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa Pendidikan Sejarah FKIP UHO

Pendidikan385 Dilihat

Potretterkini.,id, KENDARI– Dosen Universitas Halu Oleo (UHO) dalam mewujudkan aktualisasi diri pengembangan keterampilan terhadap mahasiwa, melaksnakan pengabdian pada masyarakat (PKM) di Prodi Sejarah. Tim PKM Dosen Sejarah FKIP  pada April sampai dengan bualan Juni Tahun 2024, terdiri Dr. Hj. Darnawati, S.Pd., M.Pd (Ketua) dan Dr. H. Jamiludin, M.Hum, La Ode Sahran, S.Pd., M.Pd (Anggota).

Melalui materi disampaikan Darnawati mengatakan, Pendidikan adalah suatu hal yang sangat mendasar bagi manusia apalagi di era sekarang ini, pendidikan sangat menentukan tingkat hidup seseorang apabila hanya tingkat dasar tentunya juga akan membawa hal lain pada dirinya namun pendidikan tinggi membuat berbeda baik dari segi kehidupan dan cara padang dalam menelaah kehidupan dan hidup ini.

Mata pelajaran sejarah merupakan salah satu aspek penting yang harus diajarkan kepada peserta didik baik dari tingkat pendidikan dasar maupun menengah. Dimana mata pelajaran sejarah bukan sebatas pewarisan cerita masa lampau yang dilakukan secara turuntemurun oleh guru kepada siswa, tetapi di dalamnya terkandung nilai-nilai kearifan yang bisa digunakan untuk meningkatkan kecerdasan, menumbuhkan sikap nasionalisme, memupuk kesadaran bagi siswa dalam mengambil keteladanan dari tokoh-tokoh sejarah, menghargai waktu, serta memaknai peristiwa masa lampau yang dapat mempengaruhi kehidupan masa kini maupun masa yang akan dating (Jumardi Jumardi, Hari Naredi, Lelly Qodariah, 2020).

Dokumentasi Saat mahasiswa mengikuti proses pembelajaran Scafollding dalam Projeck Based Learning

Dengan demikian, mata pelajaran sejarah memiliki peranan yang sangat penting terutama dalam membentuk sikap serta karakter siswa. Masih banyak anggapan mata pelajaran sejarah yang kurang menarik, hal ini dikarenakan dalam pembelajaran sejarah di berbagai sekolah lebih menekankan pada fakta sejarah dan hafalan fakta seperti pelaku, tahun kejadian, dan tempat kejadian (Sudarto, 2021).

Pembelajaran sejarah hendaknya mampu memberi perubahan baik segi kognitif, afektif, maupun psikomotorik pada diri mahasiswa. Namun pada kenyataannya pembelajaran sejarah yang berlangsung saat ini masih pada tahap menghafal peristiwa-peristiwa yang pernah terjadi di masa lalu. Pembelajaran belum sampai pada tahap penerapan nilai-nilai sejarah terhadap masalah kontemporer di lingkungan sosial mahasiswa (Yuliani, 2020).

Sedangkan yang seharusnya adalah sejarah dapat menjadi suatu pengetahuan bagi siswa untuk bertindak, bersikap serta mengarahkan siswa dalam menghadapi berbagai perubahan yang terjadi saat ini. Sejarah adalah rekontruksi masa lalu yang telah dipikirkan, dikatakan, dikerjakan, dirasakan dan dialami oleh seseorang (Hasudungan, 2021).

Ilmu sejarah mencoba untuk membangun kepastian dan objektivitas yang berdasarkan pada analisis dan klarifikasi mengenai tingkah laku manusia sehingga dapat diterima oleh akal budi sehingga struktur pristiwa yang kompleks dapat dimengerti untuk kemajuan dimasa sekarang (Mujyati & Sumiyatun, 2016).

Dokumentasi mahasiswa setelah mengikuti Pembelajaran

Dari pernyataan tersebut jelas bahwa pembelajaran sejarah mempunyai peran strategis dalam memberikan pengetahuan melalui peristiwa maupun tokoh-tokoh. Pengetahuan tersebut merupakan contoh mengenai baik dan buruk yang nantinya dapat membentuk karakter siswa.

Penguasaan pembelajaran sejarah dengan penguatan scaffolding ini tampaknya menjadi sangat penting agar mahasiswa dapat mengembangkan wawasan sejarah lokal yang dimilikinya secara optimal. Penguatan scaffolding menjadi sangat penting karena masih terlihat mahasiswa banyak yang belum memahami sejarah lokal daerahnya (Pernantah, 2017). Oleh karena itu diperlukan adanya penguatan dan pembimbingan oleh dosen untuk mencapai tujuan agar terbangun wawasan sejarah lokal mahasiswa.

Secara sederhana, pembelajaran Scaffolding dapat diartikan sebagai suatu teknik pemberian dukungan belajar secara terstruktur, yang dilakukan pada tahap awal untuk mendorong siswa agar dapat belajar secara mandiri. Model pembelajaran Scaffolding adalah suatu bentuk model pembelajaran yang bersifat kooperatif.

Dalam pembelajaran Scaffolding bimbingan diberikan oleh guru kepada siswa dalam proses pembelajaran dengan persoalan-persoalan terfokus dan interaksi yang bersifat positif (Apriyani & Yani, 2024).

Pemberian bimbingan dan dukungan belajar tidak dilakukan secara terus menerus, tetapi seiring dengan terjadinya peningkatan kemampuan mahasiswa secara berangsur angsur, dosen kemudian mengurangi dan melepaskan mahasiswa untuk belajar secara mandiri.

Jika mahasiswa belum mampu mencapai kemandirian dalam belajarnya, dosen kembali ke sistem dukungan untuk membantu siswa memperoleh kemajuan sampai mereka benar-benar mampu mencapai kemandirian. Dengan demikian, esensi dan prinsip kerjanya tampaknya tidak jauh berbeda dengan scaffolding dalam konteks mendirikan sebuah bangunan.

Pembelajaran Scaffolding sebagai sebuah teknik bantuan belajar (PBL) dapat dilakukan pada saat siswa merencanakan, melaksanakan dan merefleksi tugas-tugas belajarnya (Lesilolo, 2019).

Ketidaksesuaian antara tujuan dan fungsi pembelajaran sejarah dengan proses pembelajaran di sekolah ini terjadi karena pembelajaran yang berlangsung saat ini masih bersifat konvensional.

Dokumentasi Bersama Mahasiswa Pendidikan Sejarah

Meskipun kurikulum telah mengalami banyak perubahan namun paradigma pembelajaran belum berubah. Pembelajaran sejarah tetap didominasi guru sebagai sumber pengetahuan dan siswa sebagai penerima dan penghafal materi sejarah.

“Kita juga sering menemui dalam pembelajaran sejarah telah menerapkan beberapa model, namun belum dapat meningkatkan motivasi siswa untuk belajar sejarah. Masalah seperti ini tentu saja perlu menjadi perhatian bagi guru sejarah,”katanya.

Konstruksi scaffolding terjadi pada siswa yang tidak dapat mengartikulasikan atau menjelajahi belajar secara mandiri. Penguatan Scaffolding dipersiapkan oleh pembelajar untuk tidak mengubah sifat atau tingkat kesulitan dari tugas, melainkan dengan penguatan Scaffolding yang disediakan memungkinkan mahasiswa agar berhasil menyelesaikan tugas belajarnya (Purwasih & Rahmadhani, 2022).

Dari latar belakang tersebut maka yang akan di bahas dalam tulisan ini adalah mengenai implementasi Sccafolding melalui Problem Based Learning (PBL) untuk meningkatkan kemampuan berfikir kritis masiswa (Mareti & Hadiyanti, 2021).

Kontruksi pembelajaran sejarah ini di perlukan untuk memenuhi fungsi dan tujuan dari pembelajaran sejarah, melalui model Sccafolding dalam pembelajaran Sejarah Problem Based Learning (PBL) melatih mahasiswa berfikir kritis dalam menanggapi berbagai masalah sosial yang semakin kompleks dilingkungan perkuliahan.

Kontruksi dalam pembelajaran sejarah ini dimaksudkan untuk mengaitkan peristiwa sejarah dengan masalah kontemporer sehingga pembelajaran akan lebih menarik.

Ouput yang diharapkan dari Penelitian adalah terhadap pelajar, penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk mengetahui implementasi scaffolding melalui pendekatan Projeck based learning (PBL) untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis mahasiswa Pendidikan sejarah.

Sebagai sumber pengetahuan tentang implementasi scaffolding melalui pendekatan Projeck based learning (PBL) untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis mahasiswa Pendidikan sejarah, secara praktis, hasil penelitian ini dapat digunakan.

dan bagi ilmu pendidikan, penelitian ini dapat memberikan kita sebuah pengetahuan didalam implementasi scaffolding melalui pendekatan Projeck based learning (PBL) untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis mahasiswa Pendidikan sejarah yang dapat digunakan dalam berkomunikasi dengan masyarakat pada umumnya dan komunikasi mahasiswa Pendidikan Sejarah FKIP UHO pada khususnya.

Darnawati menjelaskan Sebagai kesimpul;an dari Penelittian Scaffolding memberikan struktur dan dukungan bertahap kepada mahasiswa saat mereka mengerjakan proyek. Dukungan ini berangsur-angsur dikurangi seiring meningkatnya kemampuan mahasiswa, memungkinkan mereka untuk mengembangkan kemandirian dan kepercayaan diri dalam berpikir kritis.

Dokumentasi Bersama Mahasiswa

PBL mendorong mahasiswa untuk aktif dalam proses pembelajaran melalui penelitian, eksplorasi, dan penyelesaian masalah nyata. Ini membantu mereka untuk menghubungkan teori dengan praktik, yang merupakan elemen penting dalam pengembangan kemampuan berpikir kritis.

Implementasi scaffolding melalui pendekatan Project Based Learning (PBL) efektif dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis, motivasi, partisipasi, pemahaman materi, dan keterampilan kolaboratif mahasiswa. Meskipun menghadapi beberapa tantangan, manfaat yang diperoleh dari metode ini menunjukkan bahwa PBL dengan scaffolding adalah strategi pembelajaran yang patut dipertimbangkan dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan. (Redaksi)

Komentar