Potretterkini.id, BUTON TENGAH – Momentum Hari Sumpah Pemuda yang jatuh pada 28 Oktober 2020, sapat dimaknai sebuah hari yang bersejarah bagi bangsa Indonesia yakni bersatunya komitmen, konsistensi dan idealis para pemuda untuk meraih kemerdekaan bangsa.
Kesemuanya itu diwujudkan dalam sebuah ikrar atau sumpah bagi seluruh pemuda yang ada diberbagai Suku, ras dan agama di Indonesia yang kemudian disebut sumpah pemuda.
“Dengan sumpah pemuda inilah bisa menyatukan presepsi dan cita-cita yang sama untuk menjadi bangsa yang merdeka dan berdaulat berdasarkan prinsip-prinsip keadilan,” ujar Ketua Pimpinan Wilayah Pemuda (PWPM) Sulawesi Tenggara La Ode Azizul Kadira dalam acara Musyawarah Daerah (Musyda) Pimpinan Daerah Pemuda Muhammadiyah (PDPM) Buton Tengah pekan lalu, 25 Oktober 2020.
Azizul menyampaikan, bahwa Pemuda Zaman dahulu berjuang dengan penuh tekanan dari pihak penjajah serta ruang-ruang publik sangat tertutup.
“Pemuda zaman dahulu berjuang untuk kemaslahatan umat penuh dengan tekanan utamanya dari penjajah. Pada saat itu ruang-ruang publik tertutup, namun demikian mereka bisa melakukan gebrarakan untuk menyatukan visi dan komitmen. Hingga hari ini buah yang mereka cita-citakan dapat kita rasakan bersama yakni kemerdekaan,” cetusnya.
Komisioner KPID Sultra ini menerangkan, saat ini pemuda diperhadapkan dengan kondisi yang serba keterbukaan. Sehingga dengan mudah memperoleh informasi dengan akses-akses yang telah tersedia. Kondisi seperti ini juga menjadi tantangan bagi pemuda masa kini terkait mana informasi yang bisa kita konsumsi dan mana yang tidak.
“Menghadapi keterbukaan informasi sekarang ini kita harus banyak tabayun. Jangan sampai informasi yang kita dapatkan ini mengandung hoaks, provikasi dan adudomba. Kalau informasi kita telan mentah-mentah tanpa adanya tabayun, maka itu akan menyulut perpecahan di tengah-tengah masyarakat,” sambungnya .
Disini masih dia, dibutuhkan peran pemuda untuk menjadi solusi dan menghalau munculnya informasi hoaks, provokasi dan adu domba. Selain itu pemuda juga punya tanggung jawab untuk meluruskan informasi yang beredar agar tidak menyesatkan masyarakat.
Pada intinya lanjutnya, sebagai agen pembaharu dinegeri ini para pemuda harus tampil di tengah-tengah masyarakat itu sebagai pencerah bukan untuk meresahkan. Selain itu, dengan keterbukaan informasi dan publik hari ini membuka peluang bagi pemuda untuk berkreasi.
“Kita sekarang sebagai pemuda semakin terbuka untuk berkreativitas dan ruang untuk menyalurkan kreativitas itu disediakan oleh pemerintah. Beda dengan zaman dahulu di masa penjajahan ruang-ruang itu sangat tertutup, sehingga untuk menyalurjan kreativitasnya sangat susah namun mereka juga bisa berhasil dengan gemilang.
Sebagai pemuda harusnya memanfaatkan potensi keterbukaan itu agar bisa berbuat sebagaimana yang dicita-citakan oleh pendahulu kita yakni mewujudkan keadilan dan kesejahteraan.
Mantan ketua Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) Sulawesi Tenggara dua periode ini menyadari bahwa dimensi gerakan pemuda zaman dahulu beda dengan sekarang. Kalau zaman dahulu berjuang merebut dan mempertahankan kemerdekaan, sedangkan sekarang adalah mengisi kemerdekaan.
“Perjuangan kita pada zaman dahulu dengan sekarang sudah jelas pasti berbeda. Zaman dahulu arah perjuangan pemuda adalah merebut dan mempertahankan kemerdekaan. Sekarang kemerdekaan itu telah kita peroleh secara utuh, tinggal kita bagaimana mengisi kemerdekaan.
“Hal yang terpenting kita lakukan kondisi negara kita saat ini yang sedang ditimpah bencana non alam COVID 19 adalah mendukung apa yang menjadi program pemerintah yang dianggaap untuk kemaslahatan bersama. Kalau ada hal-hal yang keliru atas hal yang dilakukan pemerintah maka kita memberikan kritik yang konstruktif,” pungkas Azizul.
Kontributor : Kafarun
Komentar