Hari Santri Nasional, Kemenag Muna: Ulama dan Santri Miliki Keistimewaan Dalam Perjuangan Bangsa

Metro Kota, Muna1179 Dilihat

Potretterkini.id,MUNA- Peringati Hari Santri Nasional yang jatuh setiap 22 Oktober 2020, dapat dimaknai sebagai wujud penghargaan bagi para Ulama dan Santri dalam mengawal dan memperjuangkan kemerdekaan Indonesia 1945. Hari santri Santri Nasional ditetapkan sejak bapak Ir Joko Widodo dilantik sebagai Presiden Republik Indonesia.

Dengan resolusi Jihad yang dikumandangkan oleh Hadratus Syekh KH Hasyim Asya’ari dapat membakar semangat para ulama dan santri dalam berperang melawan penjajah, hingga terjadilah momentum hari pahlawan tanggal 10 November 1945.

“Kita sebagai generasi penerus tetap melanjutkan perjuangan ulama dan santri meskipun pada dimensi yang berbeda. Kalau dulu kita berjuang melawan dan mengusir penjajah maka pada hari ini kita berjuang mengisi kemerdekaan dengan memaksimalkan potensi yang ada pada diri kita untuk membangun bangsa,” ungkap Kepala Kantor Kementrian Agama (Kemenag) Kabupaten Muna, Drs Muhammad Basri, M.Pd, Jumat (23/10/2020).

Muhammad Basri menyampaikan, bahwa masyarakat tidak perlu malu memasukan anaknya di Pondok Pesantren. Sebab di Pesantren anak tidak hanya dibekali dengan ilmu pengetahuan tetapi digodok dengan baik agar punya akhlak yang baik.

“Karakter seorang anak itu beda lulusan pesantren dengan sekolah umum. Alumni pesantren punya keunggulan dari segi ibadah, keteguhan hati, dan kepatuhan. Para pejuang dulu punya keberanian menghadapi penjajah karena digodok di pesantren oleh ulama dan kyai mereka.

Olehnya itu keteguhan prinsip, kepatuhan pada pimpinan dan keberanian itu dimiliki oleh santri. Pada dasarnya seorang santri meskipun sudah berbaur dengan dunia luar dengan segala aktifitas akan tetap ingat akan nilai-nilai moral yang disampaikan oleh guru atau kyainya,” ungkapnya.

Menurut Pejabat tertinggi Kementrian Agama di Kabupaten Muna ini bahwa kesadaran masyarakat Muna untuk memasukkan anaknya di pesantren sangat rendah. “Dengan segala hormat dan tanpa ada maksud untuk merendahkan, animo masyarakat Muna untuk memasukkan anaknya kepesantren masih sangat minim.

Dalam upaya meningkatkan animo masyarakat ia mengimbau agar lembaga pesantren atau yayasan memperbaiki kualitas.

“Hendaknya lembaga pesantren itu memperbaiki kualitas. Jika kualitasnya baik, sistimnya baik, kepengurusannya baik itu akan menarik bagi masyarakat. Bila hal demikian terpenuhi maka akan menghasilkan output yang baik pula. Dengan demikian maka dengan sendirinya masyarakat bisa tertarik. Kalau tidak demikian maka mustahil masyarakat tertarik dengan pesantren,” sambungnya.

Lebih lanjut ia mengatakan, bahwa dari 11 pesantren yang ada di Muna sudah ada yang menunjukan suatu hal yang baik misalnya pesantren Subulussalam Ghonsume. Dalam upacara virtual yang diikuti oleh Kementrian Agama Kabupaten Muna itu diikuti oleh 11 Pondok Pesantren Kabupaten Muna.

Turut hadir perwakilan Ormas Islam lingkup Kabupaten Muna seperti Nahdatul Ulama (NU), Muhammadiyah, Majelis Ulama Indonesia (MUI), Forum Mubaligh serta Ormas Islam Lainnya.

Kontributor Muna : Kafarun

Komentar